My New Life

Thursday, May 19, 2005

Helen (Cerita kolektif 2)

Seorang gadis belia setiap pagi kulihat dari jendela kamarku berjalan melintas rumah kami. Helen namanya. Senyum manis selalu tersungging diwajahnya yang manis. Langkahnya cepat dan bila diperhatikan lebih seksama, tampak agak melunjak-lunjak. Riang sekali, ringan tanpa beban. Aku selalu menunggunya melintasi jendela kamarku. Entah kenapa hariku menjadi riang juga setelah melihatnya.

Suatu hari Helen menerima surat tanpa nama pengirim. Tanpa perangko pula. "Buat Helen", begitu bunyi tulisan indah di amplop merah jambu. Mata Helen berbinar menatap lekat-lekat amplop itu, badan sedikit terlunjak, kaki berjinjit ditempat luapan dari rasa ingin tahunya. Lipatan kertas surat dibuka, isinya hanya sebuah kalimat: "Selamat sayang! Engkau tidak akan pernah mati."
Sekilas tulisan itu terkesan biasa saja, bahkan tak dapat direka apa maksudnya. Anehnya setelah membaca tulisan itu Helen merasakan ada energi besar yang bergerak menuju keseluruh tubuhnya. Perasaan bahagia, damai, tenang tiba-tiba memenuhi seluruh jiwanya. Harapan-harapan dan keberanian yang dulu sengaja dikubur olehnya, tiba-tiba meledak keluar tanpa diketahui apa pemicunya. Rasa keingintahuannya akan siapa pengirim surat itu tenggelam begitu saja oleh segala hal yang sedang bergejolak dalam dirinya.

1 Comments:

  • At 2:58 PM, Blogger Irwan Syahrir said…

    paragraf ketiganya direvisi dong Yan. Coba bayangkan Yani jadi Helen.

    bagaimana perubahan air mukanya? Matanya? Alisnya? mulutnya? gerakan lain badannya?

    Apa yang dia lakukan setelah itu? Dengan segerakah? Atau biasa-biasa aja?

    Apa Helen gembira, sedih, takut, atau acuh setelah menerima surat itu? Yang ini hati-hati dan pikirkan masak-masak. Jangan terjebak klise, misalnya "panjang umur pasti bahagia".

     

Post a Comment

<< Home